
JAKARTA – Pemilihan Presiden 2014 sudah pasti hanya akan diikuti dua pasangan calon yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Dari empat figur tersebut ada satu tokoh yang memiliki kisah menarik dalam kancah perebutan kekuasaan yakni Jusuf Kalla.
Ya, pria kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan, 72 tahun lalu ini sudah kali ketiga menjadi peserta kompetisi lima tahunan ini, baik posisinya sebagai calon nomor dua maupun nomor satu.
Pada Pemilu 2004, pria yang akrab disapa JK tersebut maju menjadi calon wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan diusung Partai Demokrat. JK saat itu dicap sebagai figur oportunis karena nekat mencalonkan diri kendati Partai Golkar (tempat JK bernaung) mengusung pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid.
Beruntung, pasangan SBY-JK berhasil menjadi pemenang dalam Pilpres 2004. Pasangan dengan jargon ‘Bersama Kita Bisa’ ini keluar menjadi pemenang setelah bertarung selama dua putaran melawan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.
Tahun 2004 seakan menjadi tahun hoki bagi JK, sebab tak lama kemudian suami dari Mufidah ini berhasil didaulat menjadi Ketua Umum Partai Golkar yang saat itu menjadi jawara di DPR. JK memperoleh suara terbanyak dibanding rivalnya kala itu, Akbar Tandjung.
Seiring berjalannya roda pemerintahan, benih-benih perpecahan SBY-JK mulai tercium media dan mengemuka di publik. Hingga akhirnya, pada pemilu 2009 pasangan ini harus bercerai dan berubah menjadi kompetitor. SBY kembali maju dengan Boediono, sedangkan JK ingin naik kelas dari cawapres menjadi capres dengan didampingi Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto.
Sayang, di tahun ini keberuntungan tak menghampiri JK. Pasangan JK-Win menjadi pasangan yang paling sedikit didukung masyarakat dibanding pasangan SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo. JK-Win juga harus mengakui kemenangan pasangan SBY-Boediono dengan hanya satu putaran.
JK yang sempat berjanji akan kembali ke kampung halamannya di Makassar dan mengurus masjid andai kalah dalam Pemilu 2009 ternyata terbilang politikus tangguh. Meski kalah, JK batal mengabdi di Makassar dan tetap eksis di kancah nasional dengan menjabat sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI).
Hampir setiap saat, JK kerap melakukan action dengan perannya baik sebagai Ketua PMI, Ketua Dewan Masjid Indonesia, dan lainnya. Eksisnya JK ini ternyata masih diperhitungan oleh lembaga survei dan partai politik yang kerap mempertimbangkan JK kembali bertarung di Pemilu 2014.
Benar saja, pria yang pernah menjabat sebagai Menko Kesra di era Megawati Seokarnoputri ini kembali didaulat menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo. JK lebih bisa mengambil hati partai pengusung untuk mendampingi Jokowi ketimbang figur lain seperti Mahfud MD, Ryamizard Ryacudu, Abraham Samad, dan lain sebagainya.
Majunya JK sebagai calon pendamping Jokowi dinilai beragam. Ada yang menilai JK akan menjadi matahari kembar dengan Jokowi, ada juga yang berpendapat JK sudah terlalu tua untuk mengikuti kompetisi. Namun, semua itu seakan tidak dihiraukan oleh pria berdarah Bugis ini.
Akankah JK kembali menjadi wakil presiden? Kita lihat saja nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar