Badai tropis langka dengan kategori 1 saat ini tumbuh di wilayah 
utara Indonesia, dinamai badai tropis Lingling. Badan Meteorologi, 
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa badai tropis ini tumbuh
 sejak Sabtu (18/1/2014) pukul 07.00 WIB. “Pada bulan Januari, tidak 
lazim badai tropis tumbuh di wilayah utara Indonesia. Kita mengatakan 
badai tropis ini langka, anomali,” ungkap Kepala Bidang Peringatan Dini 
Cuaca Ekstrem BMKG Achmad Zakir.
“Sejak tahun 1977 hingga 2012, selama 35 tahun, baru ada 10 kejadian 
badai tropis di utara seperti saat ini,” imbuh Zakir saat dihubungi, 
Minggu (19/1/2014). Kemungkinan pertumbuhan badai tropis di wilayah 
utara seperti saat ini adalah 0,28 persen. Badai tropis Lingling saat 
ini berada pada koordinat 9,5 derajat Lintang Utara dan 126,7 derajat 
Bujur Timur, lebih kurang 700 meter utara timur Laut Tahuna, atau masih 
dekat dengan wilayah Sulawesi Utara. Badai tropis akan bergerak menjauhi
 wilayah Indonesia.
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Edvin Aldrian 
mengatakan, munculnya badai tropis di utara Indonesia pada bulan Januari
 adalah sesuatu yang langka karena posisi Matahari sedang di selatan 
khatulistiwa. “Seharusnya badai hanya tumbuh di selatan,” katanya. 
Kemunculan badai diduga terkait dengan anomali suhu muka laut di utara 
Papua Barat. “Di sana ada warm pool. Selama ini, memang adanya warm pool
 itulah yang memicu pertumbuhan siklon tropis,” kata Edvin.
Suhu muka laut yang di atas normal bisa terjadi kareba banyak sebab. 
Salah satunya, meski kaitannya masih belum bisa dibuktikan, adalah 
siklus Matahari yang mencapai maksimum pada tahun 2013 lalu. “Mungkin 
energi yang diserap maksimum tahun lalu mulai dilepaskan,” ungkap Edvin.
Zakir mengungkapkan, badai tropis Lingling tidak akan memengaruhi 
cuaca wilayah Manado dan bagian utara Indonesia lainnya. Hal itu karena 
wilayah Manado menjadi tempat sebaran angin sehingga kemungkinannya 
kecil bagi munculnya awan yang memicu hujan lebat. Dampak yang mungkin 
terjadi adalah gelombang setinggi 3-4 meter di Laut Sulawesi, perairan 
utara Halmahera, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Bitung-Manado, dan
 Samudra Pasifik sebelah utara Halmahera. Gelombang setinggi 4-6 meter 
bisa terjadi di Laut Sulu dan timur Filipina. 
Walau demikian, Edvin mengungkapkan bahwa pihaknya masih akan 
memantau lebih dahulu pola badai tropis ini. Walaupun tidak dilewati 
badai tropis, Indonesia bisa terdampak oleh ekor badainya. “Ada dua ekor
 badai, ekor basah dan ekor kering. Kalau terdampak ekor basah, ya akan 
ada hujan lebat. Tapi kalau ekor kering, kita malah akan cerah. Kalau 
kena ekor basah, Manado bisa hujan deras walaupun tidak sederas yang 
awal minggu ini,” katanya.
Edvin mengungkapkan, melihat kecepatannya yang rendah, badai tropis 
Lingling tidak akan berumur lama. Selain badai tropis Lingling, di 
wilayah selatan Indonesia, tepatnya selatan Fiji, muncul pula badai 
tropis June. “Kalau ini kita tidak khawatir, tidak akan berdampak ke 
Indonesia,” kata Edvin.
Bibit badai tropis kini muncul di selatan wilayah Nusa Tenggara 
Barat. Fenomena ini bisa memicu hujan deras di beberapa wilayah selatan 
Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Perubahan Iklim dan 
Kualitas Udara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), 
Edvin Aldrian, Minggu (19/1/2014). “Saat ini bibit belum berkembang 
menjadi badai tropis. Tapi saya lihat tekanannya rendah sekali,” kata 
Edvin.
Edvin mengutarakan, besar kemungkinan bibit badai tropis itu 
berkembang menjadi siklon dan memengaruhi cuaca Indonesia. “Kalau 
berkembang, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara harus mewaspadai hujan
 deras dengan angin kencang,” ungkap Edvin. Selain bibit badai tropis 
ini, wilayah Indonesia kini sudah diapit dua badai tropis. Satu 
berlokasi di selatan Filipina dan satu lagi di selatan Fiji.
Badai tropis Lingling yang ada di selatan Filipina kini tengah 
diamati polanya oleh BMKG. Badai ini bisa memicu hujan ekstrem di 
Sulawesi Utara bila ekor basah badainya mengenai Indonesia. Sementara 
itu, badai tropis June di selatan Fiji dipastikan tidak berdampak apa 
pun bagi wilayah Tanah Air.
Hujan deras yang berlangsung di Jawa bagian barat, termasuk Jakarta, 
akhir-akhir ini dipicu oleh konvergensi massa uap air yang memicu 
pembentukan awan di atas Jawa.
 Time in Semarang 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar