Profil

Kamis, 13 Maret 2014

Dua Badai Tropis Langka Diutara dan Selatan Jepit Indonesia Bisa Picu Hujan Deras

Badai tropis langka dengan kategori 1 saat ini tumbuh di wilayah utara Indonesia, dinamai badai tropis Lingling. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa badai tropis ini tumbuh sejak Sabtu (18/1/2014) pukul 07.00 WIB. “Pada bulan Januari, tidak lazim badai tropis tumbuh di wilayah utara Indonesia. Kita mengatakan badai tropis ini langka, anomali,” ungkap Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG Achmad Zakir.
“Sejak tahun 1977 hingga 2012, selama 35 tahun, baru ada 10 kejadian badai tropis di utara seperti saat ini,” imbuh Zakir saat dihubungi, Minggu (19/1/2014). Kemungkinan pertumbuhan badai tropis di wilayah utara seperti saat ini adalah 0,28 persen. Badai tropis Lingling saat ini berada pada koordinat 9,5 derajat Lintang Utara dan 126,7 derajat Bujur Timur, lebih kurang 700 meter utara timur Laut Tahuna, atau masih dekat dengan wilayah Sulawesi Utara. Badai tropis akan bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Edvin Aldrian mengatakan, munculnya badai tropis di utara Indonesia pada bulan Januari adalah sesuatu yang langka karena posisi Matahari sedang di selatan khatulistiwa. “Seharusnya badai hanya tumbuh di selatan,” katanya. Kemunculan badai diduga terkait dengan anomali suhu muka laut di utara Papua Barat. “Di sana ada warm pool. Selama ini, memang adanya warm pool itulah yang memicu pertumbuhan siklon tropis,” kata Edvin.
Suhu muka laut yang di atas normal bisa terjadi kareba banyak sebab. Salah satunya, meski kaitannya masih belum bisa dibuktikan, adalah siklus Matahari yang mencapai maksimum pada tahun 2013 lalu. “Mungkin energi yang diserap maksimum tahun lalu mulai dilepaskan,” ungkap Edvin.
Zakir mengungkapkan, badai tropis Lingling tidak akan memengaruhi cuaca wilayah Manado dan bagian utara Indonesia lainnya. Hal itu karena wilayah Manado menjadi tempat sebaran angin sehingga kemungkinannya kecil bagi munculnya awan yang memicu hujan lebat. Dampak yang mungkin terjadi adalah gelombang setinggi 3-4 meter di Laut Sulawesi, perairan utara Halmahera, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Bitung-Manado, dan Samudra Pasifik sebelah utara Halmahera. Gelombang setinggi 4-6 meter bisa terjadi di Laut Sulu dan timur Filipina.
Walau demikian, Edvin mengungkapkan bahwa pihaknya masih akan memantau lebih dahulu pola badai tropis ini. Walaupun tidak dilewati badai tropis, Indonesia bisa terdampak oleh ekor badainya. “Ada dua ekor badai, ekor basah dan ekor kering. Kalau terdampak ekor basah, ya akan ada hujan lebat. Tapi kalau ekor kering, kita malah akan cerah. Kalau kena ekor basah, Manado bisa hujan deras walaupun tidak sederas yang awal minggu ini,” katanya.
Edvin mengungkapkan, melihat kecepatannya yang rendah, badai tropis Lingling tidak akan berumur lama. Selain badai tropis Lingling, di wilayah selatan Indonesia, tepatnya selatan Fiji, muncul pula badai tropis June. “Kalau ini kita tidak khawatir, tidak akan berdampak ke Indonesia,” kata Edvin.
Bibit badai tropis kini muncul di selatan wilayah Nusa Tenggara Barat. Fenomena ini bisa memicu hujan deras di beberapa wilayah selatan Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Edvin Aldrian, Minggu (19/1/2014). “Saat ini bibit belum berkembang menjadi badai tropis. Tapi saya lihat tekanannya rendah sekali,” kata Edvin.
Edvin mengutarakan, besar kemungkinan bibit badai tropis itu berkembang menjadi siklon dan memengaruhi cuaca Indonesia. “Kalau berkembang, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara harus mewaspadai hujan deras dengan angin kencang,” ungkap Edvin. Selain bibit badai tropis ini, wilayah Indonesia kini sudah diapit dua badai tropis. Satu berlokasi di selatan Filipina dan satu lagi di selatan Fiji.
Badai tropis Lingling yang ada di selatan Filipina kini tengah diamati polanya oleh BMKG. Badai ini bisa memicu hujan ekstrem di Sulawesi Utara bila ekor basah badainya mengenai Indonesia. Sementara itu, badai tropis June di selatan Fiji dipastikan tidak berdampak apa pun bagi wilayah Tanah Air.
Hujan deras yang berlangsung di Jawa bagian barat, termasuk Jakarta, akhir-akhir ini dipicu oleh konvergensi massa uap air yang memicu pembentukan awan di atas Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar